Dedy Tri Kuncoro, atau yang lebih dikenal sebagai Dedi TK (Tani Keren), adalah seorang alumni bangga dari Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Lulus pada tahun 2008, perjalanan Mas Dedi merupakan transisi luar biasa dari dunia korporat ke industri pertanian organik, menginspirasi banyak orang dengan tekad dan pola pikir inovatifnya.

Jalan Mas Dedi tidaklah mudah. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah di STM dengan fokus pada teknik mesin, dia awalnya kesulitan secara akademis di UAJY. Dia mengenang bahwa IP-nya pada semester ketiga hanya sedikit di atas 1,0. Namun, dia segera menemukan iramanya dengan terlibat aktif dalam kehidupan universitas, bergabung dalam organisasi mahasiswa dan menjabat sebagai presiden badan eksekutif mahasiswa. Dia juga bergabung dengan klub selam universitas, yang sangat membentuk karakter dan keterampilan kepemimpinannya.

“Organisasi itu penting karena membentuk karakter. Jangan hanya kuliah-pulang; kenalilah mahasiswa dari fakultas lain dan kembangkan keterampilan kepemimpinan, karena ini sangat berguna saat bekerja,” tegas Mas Dedi. Pada tahun terakhirnya, Mas Dedi sudah bekerja, menghasilkan pendapatan yang layak dari budidaya ikan, yang memengaruhi fokusnya untuk menyelesaikan skripsi. Meski demikian, dia berhasil lulus pada tahun 2008.

Mas Dedi menghabiskan tahun-tahun awal kariernya bekerja di berbagai industri. Dia bekerja di sektor perikanan selama dua tahun sebelum bergabung dengan Bank Mandiri, di mana dia bekerja selama enam tahun. Selama masa kerjanya di bank, dia menyadari tantangan yang dihadapi para petani dalam mendapatkan pembiayaan. Kesadaran ini menanamkan benih untuk usaha masa depannya di bidang pertanian.

Pada tahun 2016, Mas Dedi membuat keputusan berani untuk mengundurkan diri dari posisinya yang aman di bank dan beralih ke pertanian organik, sebuah langkah yang awalnya disambut dengan skeptisisme dari keluarga dan komunitasnya. Namun, hasratnya terhadap pertanian dan potensi yang dilihatnya di sektor ini mendorongnya maju. Dia memulai dengan usaha kecil, menjual sayuran organik dari toko sederhana bernama Self Fresh. Meskipun menghadapi kesulitan keuangan awal dan pengetahuan terbatas tentang pertanian, dia terus maju. Dia membentuk komunitas dan mencari pengetahuan melalui buku dan pengalaman praktis. Komitmennya membuahkan hasil, dan bisnisnya, yang sekarang dikenal sebagai Bumi Organik, berkembang pesat.

Saat ini, perusahaan Mas Dedi, PT Bumi Artani Nusantara, merupakan contoh sukses dari pertanian terpadu, menggabungkan perikanan dan peternakan. Karyanya telah mendapatkan berbagai penghargaan dan hibah dari Kementerian Pertanian, dan dia sering menjadi pembicara di seminar internasional, seringkali menggunakan bahasa Inggris untuk mempromosikan pola pikir global. Mas Dedi juga berbagi keahliannya melalui pengajaran dan pelatihan. Dia telah mengajar di tingkat pascasarjana dua kali dan mengadakan sesi pelatihan untuk eksekutif, termasuk di Pertamina, serta untuk mahasiswa dan profesional di empat universitas.

Mas Dedi menyeimbangkan kehidupan profesionalnya dengan perannya sebagai ayah dari dua anak yang saat ini duduk di kelas 5 dan kelas 2 SD. Perjalanannya dari pegawai bank menjadi petani organik sukses menekankan keyakinannya pada pembelajaran seumur hidup dan inovasi. Dia menekankan pentingnya memiliki pola pikir global dan memperluas jaringan, yang menurutnya sangat penting untuk sukses.

Kisah Mas Dedi adalah bukti kekuatan ketahanan dan pentingnya mengikuti hasrat seseorang. Dia mendorong mahasiswa dan profesional untuk tetap penasaran dan terbuka terhadap pembelajaran. Perjalanannya menunjukkan bahwa dengan tekad, seseorang dapat mengubah karier dan memberikan dampak signifikan pada komunitas.

“Stay foolish, stay hungry. Teruslah belajar dan berinovasi, dan jangan takut mengambil risiko,” nasihat Mas Dedi. Perjalanan Dedy Tri Kuncoro dari pegawai bank menjadi pelopor dalam pertanian organik adalah inspirasi, menunjukkan bagaimana menerima perubahan dan mengikuti hasrat dapat membawa kesuksesan dan kepuasan yang luar biasa.

Ditulis oleh: Monika Ruwaimana
Editor: Teresa Ramadhinara