Mahasiswa Biologi UAJY di Workshop Internasional ISC Bali: Harmoni Budaya, Spiritualitas, dan Ekologi

Mahasiswa Biologi UAJY turut serta dalam Intercultural Student Camp (ISC) 2024 di Bali pada 23-25 Oktober 2024. Kegiatan ini menjadi wadah refleksi dan diskusi tentang keberagaman budaya, spiritualitas, ekologi, serta dampak globalisasi terhadap masyarakat. UAJY diwakili oleh Diah Ariyanti (Biologi 2023) dan Frederica Aprilia (Biologi 2023), bersama peserta dari berbagai disiplin ilmu lainnya. Keikutsertaan mereka memperkuat kontribusi UAJY dalam kajian lintas disiplin mengenai keberlanjutan budaya dan lingkungan.

Bali, sebagai latar dari kegiatan ini, menjadi ruang refleksi yang kaya akan pelajaran tentang bagaimana budaya lokal dapat bertahan dan beradaptasi di tengah arus modernisasi. Artikel ini menguraikan pengalaman dan wawasan yang diperoleh dari berbagai kegiatan di ISC, mulai dari kunjungan ke tempat-tempat ibadah, seminar tentang agama dan ekologi, hingga eksplorasi seni dan budaya Bali. Kegiatan ISC diawali dengan misa pembukaan yang memberikan nuansa spiritual yang mendalam. Momen ini menjadi simbol persatuan di antara peserta yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama. Perkenalan awal membuka diskusi yang lebih luas tentang perbedaan dan persamaan yang kami miliki, menciptakan ruang yang inklusif dan saling menghormati.

Kunjungan ke Puja Mandala di Nusa Dua menjadi pengalaman yang memperkaya wawasan tentang harmoni antaragama. Kompleks ibadah yang terdiri dari lima tempat ibadah agama-agama besar di Indonesia ini menjadi bukti nyata bahwa keberagaman dapat hidup berdampingan dalam keharmonisan. Pengalaman ini meneguhkan pentingnya sikap toleransi dan penghormatan terhadap keyakinan masing-masing.

Eksplorasi Budaya dan Spiritualitas

Gereja Maria Bunda Segala Bangsa di Puja Mandala memberikan nuansa untuk melihat bagaimana agama Katolik beradaptasi dengan budaya Bali. Arsitektur gereja yang memadukan unsur budaya lokal dan elemen Kristen menunjukkan bagaimana iman dan budaya dapat berpadu tanpa kehilangan identitasnya. Hal ini juga ditemui di Museum Pasifika yang menyajikan berbagai karya seni dari seniman Asia dan Pasifik. Seni menjadi jendela untuk memahami bagaimana budaya berkembang melalui interaksi lintas zaman dan wilayah.

Perjalanan ke Pura Ulun Danu Beratan memberikan pengalaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara alam dan spiritualitas dalam tradisi Hindu Bali. Konsep Tri Hita Karana yang menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan menjadi filosofi yang dapat diterapkan dalam kehidupan modern, terutama dalam menjaga keseimbangan ekologis.

Dinamika Pariwisata dan Globalisasi

Salah satu aspek penting dalam refleksi ini adalah pengaruh globalisasi terhadap kehidupan di Bali. Di kawasan ITDC Pantai Samuh, terdapat banyak sektor industri pariwisata yang membawa dampak positif dan negatif bagi masyarakat setempat. Modernisasi memberikan kemajuan ekonomi dan fasilitas, tetapi juga berisiko mengikis nilai-nilai tradisional.

Seminar tentang Hinduisme dan interaksinya dengan Gereja Katolik yang dibawakan oleh dosen dari Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa menegaskan bahwa budaya lokal harus tetap dijaga agar tidak tergerus oleh globalisasi. Nilai-nilai agama dan budaya perlu dipertahankan sebagai identitas yang dapat menjadi benteng terhadap homogenisasi global.

Krisis Ekologi dan Peran Kaum Muda

Diskusi di Kebun Raya Bali menjadi momen refleksi yang mendalam tentang tantangan ekologi di era modern. Perubahan iklim, polusi, dan urbanisasi telah memberikan dampak nyata terhadap ekosistem di Bali. Narasumber menekankan bahwa agama dan komunitas lokal memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan.

Dari seminar ini, diperoleh kesimpulan bahwa kaum muda sangat penting dalam mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan. Kesadaran untuk menjaga lingkungan dapat diwujudkan melalui berbagai inisiatif, seperti pengelolaan sampah, konservasi alam, dan edukasi wisatawan tentang pentingnya menjaga ekologi Bali. Kaum muda Katolik di Bali telah menunjukkan bagaimana mereka bisa beradaptasi dengan perkembangan industri pariwisata tanpa kehilangan identitas dan nilai-nilai Kristiani.

Pengalaman di ISC telah memberikan banyak pelajaran bagi mahasiswa UAJY tentang keberagaman, spiritualitas, dan ekologi. Mahasiswa diharapkan semakin menyadari bahwa budaya dan agama tidaklah statis, melainkan terus berkembang dalam interaksi dengan dunia luar. Belajar bahwa menjaga keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian nilai-nilai tradisional adalah tantangan yang harus dihadapi secara bijaksana. Sebagai tindak lanjut dari pengalaman ini, kami berencana untuk membentuk kelompok diskusi yang membahas buku-buku terkait spiritualitas, ekologi, dan budaya, seperti Laudato Si’. Dengan membaca dan mendiskusikan topik-topik ini, kami berharap dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk peduli terhadap keberlanjutan lingkungan dan menjaga harmoni dalam keberagaman. ISC di Bali bukan hanya perjalanan akademik bagi kami, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual dan sosial yang membuka mata tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara budaya, agama, dan lingkungan. Ke depan, kami berharap dapat terus menerapkan nilai-nilai yang telah kami pelajari dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi agen perubahan dalam menjaga keberlanjutan dunia yang kita tinggali.

Di Bali, saya menemukan bahwa spiritualitas bukan sekedar perjalanan pribadi, tetapi sebuah komitmen untuk merawat alam, menghormati budaya, dan menyatukanya dengan dunia yang lebih luas.

Penulis: Diah Arianti
Editor: Teresa Ramadhinara Subando


× How can I help you?